Jumat, 23 November 2012

askep anemia hemolitik

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANEMIA HEMOLITIKA
A.    KONSEP DASAR PENYAKIT

I.             DEFINISI
Anemia hemolitik adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit lebih rendah dari normal yang disebabkan tidak seimbangnya pembentukan perubahan sel darah merah.
Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya.Pada anemia hemolitik, umur eritrosit menjadi lebih pendek (normal umur eritrosit 100-120 hari).
Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular)..
Ada dua jenis Anemia Hemolitika yaitu :
a.       Anemia hemolitika turunan (Sferositosis turunan)
         Merupakan suatu anemia hemolitika dengan sel darah merah kecil dan splenomegali.
b.      Anemia sel sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri. Anemia sel sabit adalah kerusakan genetik dan merupakan anemia hemolitik herediter resesif. Anemia sel sabit dikarenakan oklusi vaskuler dalam kapiler yang disebabkan oleh Red Blood Cells Sickled(RBCs) dan kerusakan sel darah merah yang cepat (hemolisis). Sel-sel yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna menjadi cacat kaku dan berbentuk bulan sabit ketika bersirkulasi melalui vena. Sel-sel tersebut macet di pembuluh darah kecil dan memperlambat sirkulasi darah ke organ-organ tubuh. RBCs berbentuk bulan sabit hanya hidup selama 15-21 hari.


II.          ETIOLOGI
a.       Intrisik
1.      kelainan mebran
2.       kelainan glikolisis
3.      kelainan enzim
4.      hemoglobinopati
b.      Ekstrinsik
1.      gangguan sistem imun
2.      mikrongiopati
3.      infeksi
4.      hipersplenisme
5.      luka bakar
III.       TANDA DAN GEJALA
1.      Ikterus, anoreksia, sesak napas
2.      Penimegali,nausea,migrant
3.      Gelisah, keringat dingin
IV.     PATOFISIOLOGI
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sum-sum tulang terganggu atau apabila sel-esl darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Beberapa kodisi yang dapat mempengaruhi pebentukan sel darah merah di dalam sum-sum tulang. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh sel-sel fagosit pada sistem retikuloen dotelial terutama hati lien. Bilirubin yang merupakan hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuuki aliran darah yang sama. Hal ini dapat merupakan indikator dagnosa anemia. Bilirubin juga diekskresikan pada kuit yang menyebabkan warna kuning. Ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah. Kerusakan ini paling sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah yang dikenal sebagai anemia hemolitika.



V.        
Factor Ekstrinsik:
-  Gangguan system imun
-  Mikrongiopati
-  Infeksi
-  Hipersplenisme
-  Luka bakar
Factor Intrinsik:
-  Kelainan membrane
-  Kelainan glikolisis
-  Kelainan enzim
-  hemoglobinopati
PATHWAY



Anemia Hemolitika
Anemia hemolitika turunan
Splenomegali
Distensi
Hb menurun
O2 kurang dalam tubuh
Sesak, kelemahan fisik
Ketidakmampuan mengunyah makanan
Tidak mampu mencerna makanan
Anemia sel sabit
Kerusakan sel darah merah yang cepat
Sel-sel yang berisi molekul hemoglobin yang tidak sempurna
Cacat kaku
Se-sel macet di pembuluh darah
Sirkulasi darah lambat
MK: kurang pengetahuan
MK: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
MK:
Intoleransi Aktifitas
 



















I.                   PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
Uji diagnostic yang pasti untuk hemolisis adalah pemeriksaan ketahanan sel darah merah. Uji ini biasanya hanya dilakukan untuk masalah diagnostic yang sulit. Sekitar 20 sampai 30ml darah pasien diambil, dieramkan dengan kromosom-51 radioaktif  kemudian diinjeksikan kembali. Krom-51 akan melabel hanya sel darah merah saja. Setelah sel ini bercampur dengan darah yang beredar, diambil satu sampel kecil dengan interval sehari kemudian dan seminggu kemudian, dan diukur radioaktivitasnya. Ketahanan krom-51 normal adalah 28 sampai 35 hari. Sel darah merah pasien dengan hemolisis berat (seperti pada anemia sel sabit) mempunyai ketahanan 10 hari atau kurang.
II.          PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena reaksi toksik imunologik yang didapat diberikan adalah kortikostiroid, kalau perlu lakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil, dapat diberikan obat-obatan sitotoksik.


















B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I.                  PENGKAJIAN

1.      Identitas pasien
Nama                              :
Umur                              :
Jenis kelamin                  :
Pendidikan                     :
Pekerjaan                        :
Alamat                           :
Agama                            :
Suku bangsa                   :
2.      Keluhan utama
Pasien dengan anemia hemolitik datang dengan keluhan sakit kepala, lemah, letih, pucat pada kulit dan membran mukosa

3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat penyakit sekarang
Perlu ditanyakan pada pasien tentang awal terjadinya keluhan seperti pucat, lemah, kelemahan. Mengenai lamanya keluhan tersebut dirasakan kualitas dan kuantitas keluhan,keadaan atau dan siuasi yang memperberat dan memperingan keluahan dan ditanyakan apakah sudah pernah dilakukan pengobatan.
b.      Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien apakah sudah pernah menderita penyakit ini sebelum dan tanyakan penyakit yang pernah dialami
c.       Riwayat penykit keluarga
Perlu diketahui apakah dikeluarga pasien terdapat penderita yang mengalami seperti yang dialami pasien saat ini.

II.                DIAGNOSA
1.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan lelah dan lemah.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan lemah otot untuk menelan dan mengunyah.
3.      Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi informasi ditandai dengan sering bertanya

III.           INTERVENSI
1.      Dx 1 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien mengatakan lelah dan lemah.
Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan klien toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
a.       Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
b.      Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi :
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
2.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dan  sesudah aktivitas.
manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
3.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.

meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.
4.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.



2.      Dx 2 : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan lemah otot untuk mengunyah untuk menelan dan mengunyah.
Tujuan dan criteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuh dengan kriteria hasil :
a.       menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
b.      tidak mengalami tanda mal nutrisi.
c.       Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi :
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Kaji kebiasaan makan pasien
Membantu dalam memilih intervensi selanjutnya
2.
Observasi dan catat intake makanan pasien
Memonitor intake kalori atau menilai kualitas kekurangan konsumsi makanan
3.
Timbang BB tiap hari
Timbang BB- memonitor kehilangan BB atau efektivitas dari intervensinutrisi
4.
Beri makan porsi kecil tapi sering
Menurunkan kelelahan dan mempertinggi intake, mencegah distensi gaster
5.
Observasi adanya mual dan muntah
Observasi mual/ muntah gejala GI akibat dari hipoksia organ GI
6.
Anjurkan pasien mengkunsumsi makanan bergizi
Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi



3.      Dx 3 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi, misinterpretasi informasi ditandai dengan sering bertanya
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien  mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan dengan criteria hasil :
a.       pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.
b.      mengidentifikasi factor penyebab.
c.       Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi :
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
2.
Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.

3.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
4.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
5.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
6.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.


IV.             IMPLEMENTASI
Sesuai Dengan Intervensi

V.                EVALUASI
1.      Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2.      Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3.      Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2. Jakarta : EGC\
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika